Rabu, 06 Mei 2009

syair-syair jihad

Apa untuk Jihad di Sana Ada yang Mencari Jalan ?

Bagi setiap musibah ada penghibur yang meringankannya
Tapi bagi yang menimpa Islam tiada penghiburnya
Sampai semua mihrob menangis padahal ia benda mati
Bahkan seluruh mimbar merintih sedangkan ia kayu jati
Seorang `Abid yang tunduk kepada Alloh lagi penuh kekhusyu`an
Sedang air mata dari kedua pipinya bercucuran
Kini masjid-masjid telah menjadi gereja di waktu maghrib
Tidak ada di dalamnya selain lonceng dan kayu salib
Itulah musibah melupakan apa yang telah lalu
Dan tidak mungkin lupa walau waktu telah lama berlalu…

Wahai para penunggang kuda yang kurus kelelahan
Seolah ia burung penyambar dalam bidang pacuan
Wahai para penyandang pedang India yang tajam
Seolah ia bara api di kegelapan malam yang kelam
Wahai orang-orang bercengkrama di belakang sungai karena gembira
Di negerinya mereka memiliki kejayaan dan kuasa…

Apa kalian telah mengetahui berita tentang Islam sekarang
Sungguh para pengendara telah berjalan dengan berita mereka
Sungguh banyak para tokoh meminta bantuan
Sedang mereka tawanan dan terbunuh
Namun tidak bergeming satupun manusia
Kenapa saling memutus dalam Islam di antara kalian
Sedang kalian wahai hamba-hamba Alloh adalah Saudara
Apa tidak ada jiwa-jiwa besar yang memiliki cita-cita
Apa terhadap kebaikan ini ada penolong dan pembela…

Hai orang-orang yang untuk membela suatu kaum telah terpecah banyak golongan
Yang karenanya mereka diserang kekafiran dan kedurjanaan
Kemarin mereka raja-raja di istana mereka
Sekarang dalam belenggu kekafiran mereka menjadi sahaya
Andai engkau melihat mereka bingung tiada penunjuk jalan
Berbagai pakaian kehinaan mereka telah rasakan
Andai engkau lihat tangisan mereka saat diperjual-belikan
Tentu engkau terperangah dan diliputi kepedihan…

Ya Robb, bayi dan sang ibu telah dipisahkan
Sebagaimana ruh telah dijauhkan dari badan
Sang puteri yang tak pernah dilihat matahari dengan terbuka
Seolah ia berlian dan batu permata
Kini digiring si bule sebagai budak seraya dihinakan
Matanya menangis dan hati penuh keheranan
Untuk seperti ini hati luluh karena kesedihan
Andai di hati ini ada Islam dan keimanan
Apa untuk Jihad disana ada yang mencari jalan…

Sungguh surga peristirahatan telah penuh dengan hiasan
Bidadari dan para pelayan telah menengok dari kamar-kamar
Mendapatkan kebaikan ini demi Alloh mereka para pendekar
Kemudian sholawat kepada Al-Mukhtar dari Alloh semoga di limpahkan
Sepanjang angin berhembus dan berguncang dahan pepohonan…

HANTARKAN AKU KE SANA….

Gejolak yang membuncah memenuhi dada ini…
Bersama asa yang rindu mendalam…
Dari hamba yang berlumur dosa dan kealpaan…
Berharap dapat bersua dengan-Mu…
Wahai Rabbul`alamiin…

Dengan taubat ku berharap…
Kuatkan jiwa ini mendatanginya…
Kokohkan langkah kaki ini menempuhnya…
Azzamkan niat ini dalam mencapainya…
Ikhlaskan hati ini menjalaninya…

Aku rindu…aku rindu…aku rindu…
Rindu berjumpa dengan-Mu dalam SYAHADAH…
Rindu bersua dengan-Mu dalam IMAN…
Rindu bersama-Mu dalam TAUHID…
Rindu indahnya hidup dalam naungan ridha-Mu…
Syari`at ISLAM…Daulah ISLAM…Khilafah ISLAM

Duhai Alloh yang tiada sekutu bagi-Mu…
Hantarkanlah kerinduanku ini…
Mudahkanlah…
Lapangkanlah…
Tuk raih cita-cita…
KEMULIAAN HIDUP DALAM ISLAM, ATAU
KESYAHIDAN DALAM PERJUANGAN

Aku berharap termasuk yang Kau hantarkan….
Ridhai dan kabulkanlah…
Amien ya Alloh, ya Rabbal`alamiin…

Mujahidah dari Bumi Jihad

Aku Wanita Mujahidah Sejati…
Yang tercipta dari tulang rusuk lelaki yang berjihad..
Bilakah khan datang seorang peminang menghampiriku mengajak tuk berjihad..
Kelak ku akan pergi mendampinginya di bumi Jihad..
Aku selalu siap dengan semua syarat yang diajukannya..
cinta Allah, Rasul dan Jihad Fisabilillah
Aku rela berkelana mengembara dengannya lindungi Dienullah
Ikhlas menyebarkan dakwah ke penjuru bumi Allah

Tak mungkin ku pilih dirimu.. .bila dunia lebih kau damba…
Terlupa kampung halaman, sanak saudara bahkan harta yang terpendam..
Hidup terasing apa adanya.. asalkan di akhirat bahagia…
Bila aku setuju dan kaupun tidak meragukanku…
Bulat tekadku untuk menemanimu…

Aku Wanita mujahidah pilihan…
Yang mengalir di nadiku darah lelaki yang berjihad…
Bilakah khan datang menghampiriku seorang peminang yang penuh ketawadhu`an…
Kelak bersamanya kuarungi bahtera lautan jihad…
Andai tak siap bisa kau pilih…
Agar kelak batin, jiwa dan ragamu tak terusik,
terbebani dengan segala kemanjaanku, kegundahanku, kegelisahanku…
terlebih keluh kesahku…

Tak mungkin aku memilihmu…
bila yang fana lebih kau cinta…
Lupa akan kemilau dunia dan remangnya lampu kota…
lezatnya makanan dan lajunya makar durjana…
Sebab meninggalkan dakwah karena lebih mencintaimu…
dan menanggalkan pakaian taqwaku karena laranganmu…

Meniti jalan panjang di medan jihad…
Yang ada hanya darah dan airmata tertumpah…
serta debu yang beterbangan,
keringat luka dan kesyahidan pun terulang…
Jika masih ada ragu tertancap dihatimu…
Teguhkan `azzam`ku tuk lupa akan dirimu…

Aku wanita dari bumi Jihad…
Dengan sekeranjang semangat berangkat ke padang jihad…
Persiapkan bekal diri menanti pendamping hati, pelepas lelah serta kejenuhan…
tepiskan semua mimpi yang tak berarti…
Adakah yang siap mendamaikan Hati ??
Karena tak mungkin kulanjutkan perjalanan ini sendiri…
tanpa peneguh langkah kaki.. pendamping perjuangan…
Yang melepasku dengan selaksa do`a…
meraih syahid… tujuan utama…
Robbi… terdengar panggilanMu tuk meniti jalan ridhoMu…
Kuharapkan penolong dari hambaMu… menemani perjalanan ini…

Aku

Apa gerangan yang dilakukan musuh pada diriku
Aku, sungguh surgaku ada di hatiku
Dan taman-taman yang indah ada di dadaku

Ia selalu terus ada tetap bersamaku
Dan selalu ikut kemana saja kepergianku
Tak seorangpun bisa merampasnya dariku

Aku, andai mereka sampai membunuhku
Maka itulah waktu khalwat bersama Tuhanku

Dan jika mereka berani membunuhku
Sungguh, itulah bentuk kesyahidan bagiku
Dan merekapun akan segera menyusul kepergianku

Dan jikalau mereka dari negeri ini mengugusurku
Maka ku anggap itulah bentuk wisataku

Aku adalah aku yang mengerti benar jalan hidupku
Aku takkan pernah peduli dengan orang yang mencelaku
Selagi Allah tetap ridha dan mencintaiku

Aku tahu bahwa thaghut tidak menyukaiku
Tapi itu tidak masalah selama aku ada di jalan Tuhanku
Dan mana mungkin syaitan menyukai ajaran Nabiku

Tauhid akan kujunjung di atas kepalaku
Dan Pancasila syirik kan ku injak dengan kakiku

Hukum ilahiy ku angkat tinggi dengan tanganku
Dan undang-undang kafir kan ku tebas dengan pedangku

Enyahlah hai hamba thaghut, kalian adalah musuh abadiku
Dan aku adalah musuhmu sepanjang hidupku

Bila kalian ragu dengan ajaran tauhidku
Dan merasa benar dengan ajaran musuh Tuhanku
Mari kita mati bersama ! kamu dan aku॥

  1. ZIONIST ? SALIBIS ? OUT !!

    Belum kering tetesan darah saudaraku yang tumpah,
    karena ulah tangan kotor anda
    Belum berhenti tangis adikku ditinggal ibu tercinta,
    Karena keconkakan tangan najis anda
    Belum habis kepulan debu rumahku terhantam hancur,
    Karena buldoser laknat milik anda
    Belum reda teriakan takbir ayahku mempertahankan Izzatul Islamnya,
    Karena paksaan dan propaganda dusta anda

    Kami berjanji……..
    Tidur anda tidak akan pernah nyenyak
    Makan anda tidak akan pernah nikmat
    Tiap tarikan nafas anda tidak akan pernah lega

    Meski ruh-ruh kami menguap ke angkasa
    Semangat jihad kami senantiasa mengganda
    Menjadi syaithon pengganggu ketenangan anda
    Hai…anda dajjal berwajah bush….dajjal berwajah blair….
    Dajjal berseragam tentara sekutu…

    Kami katakan…..
    Anda tidak akan pernah merasakan kemenangan,
    Anda akan menelan kehinaan dunia dan keburukan akhirat
    Mengekor, menjadi bayang hitam setiap waktu
    Hingga ALLOHU TA`ALA menurunkan azab pada anda dan teman-teman anda!!!

    Ummu Faris
    Muharram 1427 H

    ——————-

    Izinkan Aku Bercerita Tentangmu…!!!

    Jangan pernah lelah wahai Mujahidku
    Karena ku kan senantiasa dibelakangmu untuk mendukungmu
    Jangan kau tengok ke belakang, lihatlah kedepan
    Didepan ada musuhmu, musuh Tuhan kita
    Jadikan mereka terhina dengan kekuatanmu
    Janganlah ragu untuk melepaskan peluru dari selongsong senapanmu
    Bidiklah tepat dijantungnya
    Jadikan ia mati sia-sia, tak memberi kemenangan bagi sekutunya
    Maju terus jangan pernah menyerah
    Lepaskanlah duniamu
    Karena sungguh dunia ini hina
    Sesungguhnya disisi Tuhan kitalah sebenar-benarnya kebahagiaan
    Ingatlah isteri-isteri akhiratmu menunggumu dengan penuh cinta
    Mereka senantiasa mendendangkan syair kerinduan
    Hanya untukmu, hanya untukmu

    Disaat kau pulang dengan membawa kemenangan
    Maka janganlah kau merasa puas hingga Allah memenangkan agama ini atau kau menemui syahid dimedan itu
    Dua pilihan yang menguntungkan, bukan?
    Siapakah yang tidak suka dengan perniagaan demikian?
    Sungguh merugi bagi orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat
    Bukankah kau tidak demikian?

    Kau sering bercerita kepadaku tentang indahnya syurga
    Dengan berbagai kenikmatan didalamnya
    Dan akupun mendengarkan dengan seksama
    Betapa indahnya jika kita termasuk penghuni didalamnya
    Menuai keridhaan-Nya selamanya

    Wahai Mujahidku…aku sering melihatmu bercucuran air mata
    Dan seketika itu kau tersungkur bersujud
    Memanjatkan sebuah do’a
    Aku tak bisa mendengarnya karena suaramu tertahan oleh gejolak didadamu
    Namun ku tau
    Itu adalah gemuruh kerinduanmu padanNya
    dan kau memohon untuk bisa membela saudara-saudaramu dari para Thagut kaum kuffar
    mengembalikan izzah mereka

    wahai Kekasihku…ku kan senantiasa berdoa untuk mu agar harapanmu terpenuhi
    untuk bisa kembali ke medan pertempuran itu
    sungguh aku ridha jika harus dua kali atau bahkan berulang kali ditinggal olehmu
    meski kerinduanku belumlah pupus
    meski sajadahku belumlah kering karena banyaknya air mata kerinduan mengharap hadirmu disisiku
    meski hari-hariku kan kembali sepi oleh canda dan petuahmu

    meski kau tak lagi mengimamiku shalat
    meski kau tak akan menyakasikan kehadiran Mujahid kecilmu menghirup udara kehidupan
    aku ridha, sungguh aku ridha
    asalkan Rabb kita memperkenankan kita bersua dan berkumpul di JannahNya
    untuk selamanya
    Jika kita tak berjumpa kembali
    Maka kan ku semai cintamu disyurga
    Dalam istana takwa

    senyumku mengembang jika ku membayangkannya (syurga)
    namun ku tak bisa menyembunyikan rasa cemburuku pada bidadari bermata jeli
    yang akan membagi kasihmu dengan ku
    kecantikan mereka tiada tandingan
    meski kau selalu menyanjungku tiap pagi dan malam hari
    namun seperti yang kau tau aku adalah wanita pecemburu
    jiaka rasa itu menyerang maka aku kan mengingat kata-katamu
    “kecantikan bidadari memang tiada duanya namun wanita dunia lebih mulia dan tiada tandingannya karena mereka bersusah payah beribadah sewaktu didunia”
    Dan seketika itu pula hatiku riang
    Ahhh..kau selalu mengerti bagaimana caranya membuatku senang

    Wahai pujaanku….tiada berita yang lebih kusukai selain berita tentang kesyahidanmu
    Oleh karena itu janganlah berhenti untuk mengharap syahadah pada-Nya
    Mudah-mudahan Allah melapangkan jalanmu menujuNya
    Kau ingat bukan Rabb kita telah berfirman
    “Barang siapa menolong agamanya maka dia akan menolongnya pula”
    Yakinlah itu

    Wahai kekasih hati….jangan pernah ragu untuk meninggalkanku kembali
    Jangan fikirkan aku
    Karena ku kan baik-baik saja
    Ku kan setangguh isteri Handzalah
    yang merelakan malam pengantinya untuk memenuhi seruan-Nya
    Kan kutopang hidupku tanpamu
    Karena kini ku telah terbiasa
    Kau yang mengajarkannya padaku, bukan?
    Bukankah kita telah berkomitmen dari awal perjumpaan
    dan saat ijab Kabul diucapkan
    untuk mendirikan bangunan kasih kita diatas jalanNya
    hingga syahid menjemput?
    Kita tau perjumpaan didunia adalah sementara
    Karenanya kita memohon perjumpaan yang kekal
    Hingga kau dan aku tak terpisahkan lagi oleh ruang dan waktu
    Allaahumma Amiin

    Salam rinduku untuk mu selalu

    ‘Aisyah-mu

    azfa syahiidah

    http://www.arrahmah.com/forum/viewthread/95/

    —————————

    Ini darah kami, mana darah anda??

    Di sini kami mencari kematian, kemenangan hanya di sisi ALLOH. Saat anda tertidur dalam kehangatan selimut daging-daging manusia Bosnia, dalam kesejukan atap-atap runtuh Chechnya, dalam kelembutan kehormatan wanita Afgan, dalam mimpi indah daratan Palestina, dalam buaian dongeng rakyat Irak.

    Kami merayap mencari mati. Kami tidak ingin tidur. Kami takut dengan kesenangan dunia, kami takut seperti anda, kelak menjadi tamak. Tamak pada kesenangan semu, tamak pada kesombongan, tamak pada kebohongan. Kami haus darah. Darah anda, teriakan kesakitan anda, kekalahan anda, kerugian anda dan ketakutan anda; semua itu menjadi penghibur kami, penghibur kesepian kami, pengisi waktu kami.

    Sebelum kami berjumpa dengan Robb kami, dengan membawa bendera kemenangan.

    Kami yakin Rabb kami penuhi janji, kami yakin Al Qur`an benar adanya, kami yakin sabda Rasululloh, kami yakin Islam akan selalu berkibar dan menyebar serta menjadi yang terbenar.

    Setiap tetes darah kami di sini, adalah janji syurga dan kemenangan akhirat semakin mendekat. Setiap peluh keringat kami di sini, adalah yakin membersihkan tanah Islam yang telah ternajisi tapak-tapak kaki anda. Pekikan kami adalah lagu-lagu suci, pengagung yang Teragung.

    Takbeeer!!!

    24 Rabi`uts Tsani 1427 H
    umminya faris

    http://www.arrahmah.com/forum/viewthread/99/

    ———————–

    Ajarilah aku wahai Syahid!

    Ajarilah aku wahai Syahid:

    Ajarilah aku, bagaimana bisa mati Syahid
    Ajari aku agar bias mati terpuji
    Ajari aku, bagaimana aku harus patuh kepada Rabb-ku,
    Meninggalkan dunia, nun jauh di sana
    Ajari aku, bagaimana meninggalkan keluarga-ku
    Dalam keadaan teguh dan sabar, seperti gunung yang kokoh
    Ajari aku, bagaimana meninggalkan anak-anak ku
    Dengan menunduk dan menata hidup baru
    Kupasrahkan orang-orang yang ku cintai, kepada yang Maha Penyayang
    Tidak ada yang menyantuni ayah ku, selain yang Maha Penyayang
    Demi Rabb-mu, ajari dan katakan pada ku
    Apakah kamu tidak pernah menginginkan kehidupan?
    Beritahu aku kabar gembira itu, wahai kekasihku
    Nikmat apa yang kau lihat pada orang yang mati Syahid?
    Wajah mu adalah cahaya yang tidak menjemukkan pemandangnya,
    Kata-katamu adalah kebenaran, dan telah ada buktinya
    Diam mu adalah berpikir, kau tidak suka banyak bicara
    Urusan mu adalah serius, dan jauh dari senda gurau
    Bangunlah saudara ku, bulatkan tekad mu
    Setelah itu, engkau tidak akan takut lagi!

    sumber asli situs http://www.tawhed.ws atau buku “Darah Syuhada”

    ALLAHU’AKBAR,,!!!

    by Teguh

    http://www.arrahmah.com/forum/viewthread/105/

    ————————–

    Syair nya Orang-Orang Kuat

    Bangun dan tinggalkanlah tidur panjang …
    Sungguh Islam telah kembali …
    Di jalan Alloh kita telah berjalan dan mengumandangkan jihad …

    Kelompok orang mukmin telah bangkit …
    Dengan para pemuda yang jujur …
    Dalam malam-malam nestapa mereka berjalan …
    Di belakang Al Qur’an yang nyata …

    Mereka tidak peduli dengan berbagai kesusahan di antara taring-taring zaman …

    Bangun dan tinggalkanlah tidur panjang …
    Sungguh Islam telah kembali …
    Di jalan Alloh kita telah berjalan dan mengumumkan jihad …

    Sampaikanlah kabar gembira kepada manusia …
    Dengan subuh yang terbit dengan terang …
    Wahai malam-malam para pendholim …
    Wahai kehinaan orang-orang yang bermain …
    Wahai kesia-siaan selama bertahun-tahun …
    Telah datang janji yang nyata …
    Kami telah datang kepada kalian dengan membawa senapan dan qur’an yang nyata

    http://ansharulhaq.blogspot.com/2007/06/syair-nya-orang-orang-kuat.html

    warning: hati2 dgn situs2 takfiri yg suka mengkafirkan pemerintah

  2. …KeREnNzZz…….

  3. Bulan Sabit Cuma Separuh,
    cahaya penuh bulan purnama.

    Bulan berkedip ditemani awan,
    indahnya malan di alam maya.

    Hanya angatan yang slalu ku kenang,
    tak kan hilang sepanjang masa.

    Malam yang indah cepat berlalu,
    pagi menunggu mentari tiba.

    Siang dan malam selalu kuingat,
    hanya kenangan slalu ku rindu.

Rabu, 29 April 2009

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

HAMPA

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

DOA

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.


MALAM DI PEGUNUNGAN

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

(1948)
Siasat,
Th III, No. 96
1949


MALAM

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
--Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957



KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957


DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954



PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh



PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Rabu, 22 April 2009

Pesan sang Ibu :
Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh di atas pangkuanmu,
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang Ibu
Tangnnya yang halus mulus membelai kepalaku, bergetarlah seluruh jiwa ragaku
Musnahlah seluruh api semangat juangku
Namun sang Ibu berkata” Anakku sayang, apabila kakimu sudah melangkah di tengah padang, tancapkanlah kakimu dalam2 dan tetaplah terus bergumam sebab gumam adalah mantra dari dewa-dewa, gumam mengandung ribuan makna.”
“Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga, maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan. Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar yang nantinya akan mampu merobohkan isrtana yang penuh kepalsuan gedung-gedung yang dihuni kaum munafik”
“Tatanan negeri ini sudah hancur Anakku”
“Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini
Mereja hanya bisa bersolek di depan kaca tapi membiarkannya punggungnya penuh noda dan penuh lendir hitan yang baunya kemana mana
Mereka selalu menyemprot kemaluannya denang parfum luar negeri
Di luar berbau wangi di dalam penuh dengan bakteri
Dan hebatnya sang penguasa negeri ini pandai bermaniin akrobat
Tubuhnya mampu dilipat-lipat yang akhirnya. pantat dan kemaluannya sendiri mampu dijilat-jilat
Anakku apabila pedang sudah dicabut janganlah surut janganlah bicara soal menang dan kalah, sebab menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi, mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan,
Keinginan hanyalah sebuah khayalan , yang akan melahirkan harta dan kekuasaan.
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun yang terbang di udara
Anakku asahlah pedangmu, ajaklah mereka bertarung di tengah padang, lalu tusukkan pedangmu di tengah-tengah selangkangan mereka. Biarkan darah tertumpah di negeri ini”
Satukan gumammu menjadi revolusi!!!

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

…………….

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alas an

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata : LAWAN”

(Peringatan_ Mencari tanah lapang)

Wiji bukan bercita-cita menjadi penyair, dia berfikir menulis puisi adalah sekedar menceritakan pengalaman hidupnya . Dia ingin bercerita, berteriak,supaya didengar.

Dia menulis puisi bukan untuk menjadi penayair, tapi dia kemudian manjadi penyair karena menulis puisi. (Arief Budiman-Wiji thukul penyair kampung)

Dia tidak pernah malu punya bapak yang penarik becak,kepada kekasihnya dia berpesan :

Jangan lupa kekasihku

Jika kau ditanya siapa mertuamu

Jawablah : yang menarik becak itu

Itu bapakmu kekasihku

(jangan lupa kekasihku_ Mencari tanah lapang)


Pulanglah nang

Jangan dolanan sama si kuncung

Sikuncung memang nakal nanti bajumu kotor lagi

Disirami air selokan

Pulanglah nang

Nanti kamu menangis lagi

Jangan dolanan sama anaknya pak kerto

Si bejo memang mbeling

Kukunya hitam panjang-panjang

Kalau makan tidak cuci tangan

Nanti kamu ketularan cacingan

………

Pulanglah nang

Jangan dolanan sama anaknya mbok sukiyem

Mbok sukiyem memang keterlaluan

Si Slamet sudah besar tapi belum disekolahkan

(Pulanglah Nang _ Mencari tanah lapang)